PENGENDALIAN HAMA ULAT
KANTUNG (Mahasena
corbetti
Tams.)
PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
PAPER
PAPER
OLEH:
TRISAN
REINHARD PURBA
150301195
AGROEKOTEKNOLOGI-4B
L
A B O R A T O R I U M D P T – S U B H A M
A
PROGRAM
STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
F
A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERSITAS
SUMATRA UTARA
2016
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari paper ini adalah “Pengendalian Hama Ulat Kantung (Mahasena corbetti Tams.) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)” yang merupakan salah satu syarat untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium DPT-Sub Hama Program Studi Agroekoteknologi Fakults Pertanian Universitas Sumatra Utara, Medan.
Penulis
juga mengucpkan terima kasih kepada orangtua penulis yang selalu memberikan doa
dan dukungan, begitu juga kepada dosen pengajar mata kuliah Dasar Perlindungan
Tanaman-Sub Hama yaitu Ir.Marheni, M.P. beserta abang dan kakak asisten yang
telah membantu dalam menyelesaikan paper ini.
Akhir
kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga paper ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Medan, Maret 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penulisan
Kegunaan
Penulisan
TINJAUAN
PUSTAKA
Botani Tumbuhan
Hama
PENGENDALIAN HAYATI HAMA ULAT KANTUNG (Mahasana
corbetti Tams.) PADA
TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
Pengertian
Pengendalian Hayati
Macam-Macam Pengendalian Hayati
Jenis
Pengendali Hayati Yang Digunakan
KESIMPULAN
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Secara
harafiah, perlindungan adalah sesuatu yang diberikan untuk melindungi sesuatu
atau seseorang yang tak kuat atau lema terhadap suatu ancaman atau gangguan
yang dapat merusak, merugikan, atau mengganggu proses hidupnya yang normal
kalau kita kaitkan dengan tanaman yang diusahakan, berarti memberikan
perlindungan kepada tanaman yang ditanam agar ia tidak rusak oleh suatu
gangguan sehingga ia tidak normal lagi dan dengan sendirinya hasil produksinya
juga tidak normal (Djafaruddin,1996).
Ada
beberapa jasad pengganggu pada tanaman yang dapat menyebabkan kehilangan
hasil,diantaranya hama, penyakit dan gulma. Hama adalah semua hewan vertebrata
atau invertebrate yang menhuni ruang hidup, memakan dan melakukan fungsi
fisiologisnya pada suatu tempat yang tidak kita kehendaki karena berbagai
alasan (Marheni,2016).
Berdasarkan klasifikasi
hamapengganggu tanaman, dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran tubuh, yaitu
mamalia (babi hutan, burung), rodentia (tikus sawah, tupai), anthropoda
(serangga/insekta, ulat), nematoda (ulat tanah, cacing) (Embriani,2014).
Budidaya tanaman
monokultur dapat mendorong ekosistem pertanian rentan terhadap organisme
serangga hama. Salah satu pendorong meningkatnya serangga pengganggu adalah
tersedianya makanan terus menerus sepanjang waktu dan di setiap tempat. Untuk
mewujudkan pertanian berkelanjutan maka tindakan mengurangi serangan hama
melalui pemanfaatan musuh alami serangga dan meningkatkan keanekaragaman
tanaman seperti penerapan tumpang sari, rotasi tanaman dan penanaman
lahan-lahan terbuka sangat perlu dilakukan karena meningkatkan stabilitas
ekosistem serta mengurangi resiko gangguan hama (Tobing,2009).
Perkebunan kelapa sawit
adalah perkebunan monokultur yang rentan terhadap serangan hama. Pengetahuan
mengenai perilaku, perkembangan dan sifat-sifat biologi spesies serangga yang
berpotensi sebagai hama tanaman kelapa sawit dan musuh alaminya masih sangat
terbatas, sehingga metode upaya pengendalian populasi serangga yang berpotensi
sebagai hama tanaman kelapa sawit belum tersusun secara komphrehensif
(Anggraitoningsih,2012).
Tujuan Penulisan
Tujuan dari paper ini
adalah untuk mengetahui cara pengendalian hayati hama ulat kantung (Mahesana
corbetti Tams.) pada tanaman
kelapa sawit (Eleis guneensis Jacq.).
Kegunaan Penulisan
Kegunaan dari penulisan
paper ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memenuhi komponen penilaian di
Laboratorium DPT-Sub Hama Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan
sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis
guneensis Jacq.)
Klasifikasi tnaman kelapa sawit adalah sebagai berikut :
Kingdom: Plantae; Devisi: Tracheopita; Kelas: Angiospermae; Ordo: Palmales;
Famili: Palmaceae; Genus: Elaeis; Spesies: Elaeis
guineensis Jacq. (Sugito,1992).
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, yaitu batangnya
tidak mempunyai kambium dan umumya tidak bercabang. Batang kelapa sawit
berbentuk silinder dengan diameter 45-60 cm. Tanaman yang masih muda, batangnya
tidak terlihat karena terlindung oleh pelepah daun, tinggi batang bertambah
35-75cm/tahun,
tapi jika kondisi lingkungan yang sesuai maka pertambahan tinggi batang dapat
mencapai 100 cm per tahun dan tinggi maksimum yang ditanam di perkebunan adalah
15-18 meter. Akar tanaman kelapa sawit berbentuk serabut, tidak berbuku,
ujungnya runcing dan berwarna putih atau kekuningan. Perakaran kelapa sawit
sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer,
sekunder, tertier dan kuarter. Sistem perakaran paling banyak ditemukan pada
kedalaman 0 sampai 20 cm, yaitu pada lapisan olah tanah (top soil). Daun
kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap dan bertulang
sejajar serta membentuk satu pelepah yang panjangnya mencapai 7.5-9 meter.
Jumlah anak daun pada setiap pelepah berkisar antara 250 sampai 400 helai
(Fauzi et al,2004).
Kelapa
sawit merupakan tanaman berumah satu (monocious), artinya bunga jantan
dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman dan masing-masing terangkai dalam
satu tandan. Rangkaian bunga jantan terpisah dengan bunga betina. Setiap
rangkaian bunga muncul dari pangkal pelepah daun. Rangkaian bunga jantan dihasilkan
dengan siklus yang berselang seling dengan rangkaian bunga betina, sehingga
pembungaan secara bersamaan sangat jarang terjadi. Umumnya di alam hanya
terjadi penyerbukan silang, sedangkan penyerbukan sendiri secara buatan dapat
dilakukan dengan menggunakan serbuk sari yang diambil dari bunga jantan dan
ditaburkan pada bunga betina. Waktu yang dibutuhkan mulai dari penyerbukan
hingga buah matang dan siap panen kurang lebih 5-6 bulan (Fauzi et al,2004)
Buah
kelapa sawit terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian pertama adalah
perikarpium yang terdiri dari eksokarpium (kulit buah) dan mesokarpium (daging
buah berserabut), sedangkan bagian yang kedua adalah biji, terdiri dari
endokarpium (tempurung), endosperm (kernel) dan embrio. Menurut Yahya (1990),
buah sawit yang masih mentah berwarna ungu atau hijau karena mengandung
antosianin, sedangkan mesokarp buah yang masak mengandung 45-60% minyak (edible)
yang berwarna merah-jingga karena mengandung karoten. Tanaman kelapa sawit
rata-rata menghasilkan buah 20-22 tandan per tahun. Untuk tanaman yang semakin
tua produktivitasnya akan menurun menjadi 12-14 tandan per tahun. Pada tahun
pertama berat tandan buah sawit berkisar 3-6 kg per tandan, tetapi semakin tua
berat tandan semakin bertambah yaitu 25-35 kg per tandan. Banyaknya buah yang
terdapat pada satu tandan tergantung pada faktor genetis, umur, lingkungan, dan
teknik budidaya. Jumlah buah per tandan pada tanaman yang cukup tua mencapai
1600 buah, panjang buah antara 2-5 cm dan berat sekitar 20-30 kg per buah (Fauzi
et al., 2004).
Ulat Kantung (Mahasena
corbetti Tams.)
Klasifikasi ulat kantung yaitu : Kingdom
: Animalia; Filum : Arthropoda; Kelas : Insecta; Ordo : Lepidoptera; Famili :
Psychidae; Genus : Mahasena;Spesies : Mahasena corbetti Tams. (Rozziansha,dkk, 2011).
Hama ini menyerang daun pada semua
tingkat umur tanaman. Larva hidup di dalam kantong yang terbuat dari potongan
dedaunan diikat dengan benangbenang dari air liurnya. Bentuk kantungnya kasar
dan tidak teratur, berwarna cokelat kemerahan (Rozziansha,dkk, 2011).
Larva muda berada di permukaan atas
daun, selanjutnya merambat ke permukaan bawah daun. Serangan biasanya pada
daun-daun bagian atas. Telur berwarna kuning pucat dan berbentuk oval. Telur
akan menetas setelah 16-18 hari. Jumlah telur yang dihasilkan betina sekitar
1000-3000 butir (Wood, 1968; Syed, 1972;Sudharto, 1990).
Mengalami fase perkembangan sampai 12-13
instar. Larva yang baru menetas makan dan membuat kantung dari daun kering yang
berasal dari kantung induk betina. Panjang tubuh larva instar I sekitar 3-5mm,
instar II sekitar 5-10mm, instar III sekitar 10-15mm, instar IV sekitar
15-20mm, instar V sekitar 20-25mm, instar VI sekitar 25-30mm, instar VII
sekitar 30-35mm, instar IX sekitar 35-40mm, instar X sekitar 40-45mm, instar XI
dan instar XII sekitar 45-50mm. Larva instar awal sangat aktif makan pada
instar I sampai instar III dan larva sedang (IV sampai dengan VII). Ukuran
panjang kantung jantan dapat mencapai 30mm, sedangkan betinanya 50mm (Ramlah,2007).
Ukuran pupa jantan lebih kecil daripada
betina. Panjang pupa jantan lebih pendek dibandingkan betina (± 30mmvs ±50 mm)
(Sudharto, 1990). Pupa seperti tumpukan potongan daun yang tidak teratur. Masa
pupasi mencapai 30 hari. Pupa menggantung pada permukaan bagian bawah daun (Rozziansha,dkk, 2011).
Jantan akan menjadi imago ngengat.
Ngengat jantan berupa kupu-kupu berwarna cokelat, rentang sayapnya 30 mm dan
dapat hidup kurang dari 3 hari. Betina ulat kantung dewasa tanpa sayap, dan
menghabiskan seluruh hidupnya di dalam kantung (Sudharto, 1990).
Siklus hidup dari telur sampai dengan
pupa berlangsung selama empat bulan atau 120 hari yang terdiri dari stadium
telur selama 18 hari, stadium larva terdiri dari 11 - 12 instar selama 75 - 82
hari, kemudian dilanjutkan dengan stadium pupa selama 30 hari (Ramlah et al
., 2007)
Serangan yang ditimbulkan oleh pada daun
kelapa sawit terlihat seperti berlubang, kemudian melidi dan mengering (Gambar
3). Pada larva instar awal bagian yang dimakan adalah bagian epidermis atas
daun, sedangkan untuk larva instar akhir, bagian yang dimakan adalah epidermis
bawah (Susanto, 2010).
Pengendalian ulat kantung dapat dilkukan
dengan cara pengendalian haayati yaitu penggunaan tanaman bermanfaat,
pengendalian fisik yaitu dengan pengutipan larva dan pengendalian kimiawi
dengan penyemprotan asefat dan dimehipo (Rozziansha,dkk, 2011)
PENGENDALIAN
HAYATI HAMA ULAT KANTUNG (Mahasena corbetti
Tams.)
PADA TANAMAN KELAPA
SAWIT (Elaeis
guineensis Jacq.)
Pengertian
Pengendalian Hayati
Pengendalian hayati adalah pengendalian
serangga hama dengan cara biologi, yaitu dengan memanfaatkan musuh-musuh
alaminya (agen pengendali biologi), seperti predator, parasit dan patogen.
Pengendalian hayati adalah suatu teknik pengelolaan hama dengan sengaja dengan
memanfaatkan/memanipulasikan musuh alami untuk kepentingan pengendalian,
biasanya pengendalian hayati akan dilakukan perbanyakan musuh alami yang
dilakukan dilaboratorium. Sedangkan Pengendalian alami merupakan Proses
pengendalian yang berjalan sendiri tanpa campur tangan manusia, tidak ada
proses perbanyakan musuh alami. Pengendalian hayati dalam pengertian ekologi
didifinisikan sebagai pengaturan populasi organisme dengan musuh-musuh alam
hingga kepadatan populasi organisme tersebut berada dibawah rata-ratanya
dibandingkan bila tanpa pengendalian (Sunarno,2008).
Pengendalian hayati dalam pengertian
ekologi didifinisikan sebagai pengaturan populasi organisme dengan musuh-musuh
alam hingga kepadatan populasi organisme tersebut berada dibawah rata-ratanya
dibandingkan bila tanpa pengendalian (Sunarno,2008).
Macam Pengendalian Hayati
Sebagai
bagian dari komonitas, setiap komonitas serangga termasuk serangga hama dapat
diserang atau menyerang organisme lain. Bagi serangga yang diserang organisme
penyerang disebut Musuh Alami. Secara ekologi istilah tersebut kurang tepat
karena adanya musuh alami tidak tentu merugikan kehidupan serangga terserang.
Hampir semua kelompok organisme berfungsi sebagai musuh alami serangga hama
termasuk kelompok vertebrata, nematoda, jasad renik, invertebrata diluar
serangga. Kelompok musuh alami yang paling banyak adalah dari golongan serangga
itu sendiri. Misalnya adalah Letmansia bicolor merupakan musuh
alami dari serangga hama pada tanman kelapa Secava sp, Serangga kumbang
Koksinelid ( Synkuharmonia octomaculata merupakan musuh alami dari hama
tanman padi yaitu serangga wereng hijau, wereng punggung putih dan wereng
zigzag (Sunarno,2008)
Dilihat
dari fungsinya musuh alami dapat dikelompokkan menjadi :
1. Parasitoid
Merupakan serangga yang memarasit
serangga atau binatang antropoda lainnya. Parasitoid bersifat parasit pada fase
pradewasa, sedangkan dewasanya hidup bebas dan tidak terikat pada inangnya.
Parasitoid hidup menumpang di luar atau didalam tubuh inangnya dengan cara
menghisap cairan tubuh inangnya guna memenuhi kebutuhan hidupnya . Umumnya
parasitoid menyebabkan kematian pada inangnya secara perlahan-lahan dan
parasitoid dapat menyerang setiap fase hidup serangga, meskipun serangga dewasa
jarang terparasit.
2. Predator
Predator adalah binatang atau
serangga yang memangsa atau serangga lain Didaerah kepulaun Maluku pada umumnya
dan khususnya daerah Kabupaten Halmahera Utara ada beberapa predator yang
sangat efektif mengendaalikan hama Sexava yaitu burung Taun-taun dan juga
burung Pata Bagai akan tetapi sekarang jarang untuk di temukan lagi. Predator
merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan, membunuh atau memangsa
atau serangga lain.
3. Patogen
Golongan mikroorganisme atau jasad
renik yang menyebabkan serangga sakit dan akhirnya mati. Patogen adalah salah
satu faktor hayati yang turut serta dalam mempengaruhi dan menekan perkembangan
serangga hama. Karena mikroorganisme ini dapat menyerang dan menyebabkan
kematian serangga hama, maka patogen disebut sebagai salah satu musuh alami
serangga hama selain predator dan parasitoid dan juga dimanfaatkan dalam kegiatan
pengendalian. Beberapa patogen dalam kondisi lingkungan tertentu dapat menjadi
faktor mortalitas utama bagi populasi serangga tetapi ada banyak pathogen
pengaruhnya kecil terhadap gejolak populasi serangga (Untung,2006).
Ciri-ciri penyerangan
ulat kantong adalah daun akan melidi dan dapat menurunkan jumlah janjangan, dan
dibutuhkan waktu yang lama untuk normal kembali, hama harus dimonitor
dengan sungguh-sungguh dan segera dikendalikan jika telah sampai masa kritis. Serangan
ulat kantong ditandai dengan kenampakan tanaman tajuk tanaman yang kering
seperti terbakar. Basri (1993) menunjukkan bahwa kehilangan daun dapat mencapai
46,6%. Tanaman pada semua umur rentan terhadap serangan ulat kantong, tetapi
lebih cenderung berbahaya terjadi pada tanaman dengan umur lebih dari 8 tahun.
Keadaan ini mungkin ditimbulkan dari kemudahan penyebaran ulat kantong pada
tanaman yang lebih tua karena antar pelepah daun saling bersinggungan
(Sdjoehana,1991).
DAFTAR
PUSTAKA
Anggraitoningsih,Woro.2012 Potensi Dan
Pengendalian Serangga Hama Kelapa Sawit di Lampung. Diakses dari: http://pkpp.ristek.go.id/_assets/upload/feval/I_24_Presentasi_Evaluasi.pdf
[22
Maret 2016]
Djafaruddin.1996.Dasar-Dasar
Perlindungan Tanaman (Umum).Bumi Aksara: Jakarta
Embriani.2014.Serangga Herbivora
Belalang Kembara (Locusta migratoria).
Diakses dari: http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpsurabaya/tinymcpuk/gambar/file/kembara.pdf
[22
Maret 2016]
Fauzi, Y., et al., 2008, Kelapa
sawit Budi Daya Pemanfaatan Hasil & Limbah Analisis Usaha & Pemasaran.
Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Marheni.2016.Penuntun
Praktikum Dasar Perlindungan Tanaman Sub Hama. USU Press: Medan.
Ramlah,Ali,S.A.dkk.2007.Sistem
Pengurusan Perosak Bersepadu bagi Kawalan Ulat Bungkus di Ladang Sawit.MBOP
Press
Rozziansha,Perdana,
dkk. 2011. Organisme Pengganggu Tanaman Mahesenna corbetti Tams
(Lepidoptera:Psychidae). Diakses dari: http://iopri.org/jdownloads/OPT%20Info/Hama/mahasena_corbetti.pdf
[22
Maret 2016]
Sdjoehana.
1991. Budidya kelapa sawit. Penerbit Kanisius, 62 hal, Yogyakarta
Sudharto. 1990. Hama Kelapa Sawit. PPM
Marihat, Marihat Pematang Siantar.
Sugito,J,1992.Kelapa
Sawit.Penebar Swadaya.Jakarta
Sunarno.2008. PENGENDALIAN HAYATI ( Biologi Control ) SEBAGAI
SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT). Diakses dari:
http://journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera31-uHIhqLaBkzzrDBMOhRadqxY8H.pdf
[22 Maret 2016]
Susanto,
A., Purba, R Y & Prasetyo, A E. 2010. Hama dan Penyakit Kelapa Sawit Volume
1. PPKS Press,Medan
Tobing,Maryani
Cyccu.2009.Keanekaragaman Hayati Dan Pengelolaan Serangan Hama Dalam
Agroekosistem.USU Press:Medan. Diakses dari : http://usupress.usu.ac.id/files/Pidato%20Pengukuhan%20Guru%20Besar_M%20Cyccu%20Tobing_Final_Norma.pdf [22 Maret 2016]
Untung.2006.
Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu.UGM Press. Yogyakarta
Wood
B.J.(1968. Pests Of Oil Palms in Malaysia And Their Control.Incorporated
Society of Planters.Kuala Lumpur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar